Ketika Etika Seorang Pendidik Dipertanyakan
Oleh: Nocke T. Wahyuni
Mahasiswi
Universitas Sriwijaya, Program Studi Bimbingan & Konseling

Kerapnya
terjadi masalah pada dunia pendidikan dari berbagai sudut kota membuat saya tertarik
untuk mencari tahu apa saja permasalahan yang kerap terjadi saat ini dan saya terpikir
untuk menulisnya dalam sebuah artikel.
Dimana
artikel ini membahas mengenai etika seorang pendidik, seorang pendidik
sejatinya adalah sebagai contoh teladan bagi peserta didiknya, seorang guru
tidak hanya mempunyai profesi sebagai tenaga pengajar saja melainkan sebagai
seorang pendidik dan seorang figur yang bisa dicontoh oleh peserta didik. Tapi
kali ini ada seorang guru membenci siswanya, menjatuhkan argumen siswanya saat
proses belajar bahkan memusuhi siswanya dengan alasan yang tidak seharusnya.
Itu sangat tidak mencerminkan etika seorang Guru. Dan sangat memprihatinkan
dunia pendidikan saat ini. Dimana tindakan demikian akan membuat rasa percaya
diri siswa menurun, itu juga bisa memicu siswa untuk membenci gurunya dan
membuat tujuan dari pendidikan sendiri tidak akan tercapai. Seperti tujuan pendidikan nasional yang terdapat
pada pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang.”
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan
“pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjujung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.”.
Bagaimana
tujuan dari pendidikan itu bisa terwujud jika figur seorang guru tidak
mencerminkan figur yang baik. Siswa sebagai generasi muda yang tentunya sebagai
harapan suatu bangsa yang bisa membawa perubahan bagi negeri ini, jika tidak
diberi contoh yang baik maka dunia pendidikan akan semakin merosot ke arah
negatif. Siapa yang akan disalahkan dari kasus ini? Pemerintah kah? Guru kah? Lembaga
pendidikan kah? Siswa kah? Atau bahkan instansi yang lainnya? Yups kalian bisa
menjawabnya dengan opini kalian masing-masing. Terlepas dari hal tersebut ada
lagi masalah yang terjadi dari seorang pendidik yang kali ini mengejek siswanya
jikalau siswanya tidak bisa mengerjakan tugas sekolah dan mencemooh dengan
kata-kata yang tidak sepatutnya. Itu membuat sorot mata saya seketika berhenti,
sebagai calon pendidik saya sangat prihatin dengan hal demikian. Ingin rasanya
dapat merubah etika dalam dunia pendidikan ini agar lebih baik dengan jari-jari
saya. Dengan adanya kasus ini membuat langkah saya semakin antusias untuk
mencari ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk dapat menepis etika yang
buruk itu. Karena perubahan itu dimulai dari hal yang kecil, dan saya tidak
pernah sepakat dengan orang yang hanya diam melihat situasi yang menurut saya
akan berdampak buruk bagi banyak generasi. Yups memang untuk sekarang mungkin
mereka yang membaca artikel ini hanya menganggap saya sebagai anak kecil yang
ingin mengubah dunia atau bahkan menetertawakan. I don’t care. Karena bagi saya
tidak penting apa kata orang jika itu hanya bermakna menjatuhkan. Kita mendapat
pendidikan dan ilmu yang bisa kita amalkan. Kita tidak hanya mempunyai hak
untuk menerima ilmu tapi kita juga punya hak untuk mengaplikasikan sebagian
atau sepenuhnya dari ilmu yang kita miliki. Saat saya menulis artikel ini, saya
memang hanya sebagai mahasiswi biasa yang mempunyai keinginan terhadap suatu
perubahan. Namun itu tidak akan mengubah langkah saya untuk perbaikan yang
positif.
Komentar
Posting Komentar