Langsung ke konten utama

Mengenal Kearifan Lokal yang ada di daerah Pagaralam

Mengenal Kearifan Lokal yang ada di daerah Pagaralam dan kaitannya dengan Bimbingan Konseling
Disusun oleh: Nocke T. Wahyuni

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Perbedaan yang hakiki antara manusia, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat, dengan makhluk hidup lainnya terutama dengan binatang,  yaitu  terletak  pada  akal, pikiran, dan kemampuan intelektual  yang dikaruniakan Al-Khalik (Maha  Pencipta).  Makhluk  hidup  lain  yang  bukan manusia tidak dikaruniai akal dan budi.  Hal   yang   paling   bermakna   bagi   manusia,   akal   dan   kemampuan intelektualnya “ berkembang dan dapat dikembangkan.  Berdasarkan  yang dikemukakan  di  atas,  maknanya  tidak  hanya  terbatas  pada  unsur-unsur  yang berkaitan  dengan  perilaku  manusia  dengan  segala  kebiasaan  dan  tradisinya, melainkan meliputi juga unsur-unsur material yang dihasilkan oleh pemikiran dan  karya  manusia  serta  berbagai  peralatan  yang  digunakannya.  Bahkan menurut  konotasi  ilmiah  ini  masuk  pada  kategori  hasil  dari  kebiasaan  yang menjadi sebuah kebudayaan. Pengertian  kebudayaan  juga  meliputi  sistem  ilmu  pengetahuan  yang dipelajari  manusia  melalui  antar  komunikasi,  bahasa,  kelembagaan,  tradisi, dan  kebiasaan-kebiasaan.  Kebudayaan  itu  universal  dan  menjadi  ciri  khas masyarakat  manusia.  Berdasarkan  konsep  tersebut  kebudayaan  itu  menjadi hak paten manusia. Kearifan lokal merupakan fenomena yang luas dan komprehensif. Cakupan kearifan lokal cukup banyak dan beragam sehingga sulit dibatasi oleh ruang. Kearifan tradisional dan kearifan kini berbeda dengan kearifan lokal. Kearifan lokal lebih menekankan pada tempat dan lokalitas dari kearifan tersebut sehingga tidak harus merupakan sebuah kearifan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Perubahan adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi bukan saja berhubungan dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan budaya manusia. Budaya lahir karena kemampuan manusia mensiasati lingkungan hidupnya agar tetap layak untuk ditinggali waktu demi waktu. 
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu pengertian kearifan lokal
2.      Apa saja ciri khas kearifan lokal di daerah Pagaralam?
3.      Apa yang melatarbelakangi adanya kekhasan budaya didaerah  tersebut sehingga mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik?
4.      Implementasi BK terhadap kearifan lokal yang ada pada masyarakat serta pendekatan dan model Konseling Lintas Budaya yang digunakan?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui kearifan lokal budaya suatu daerah
2.      Untuk mengetahui ciri khas kearifan lokal didaerah pagaralam
3.      Untuk mengetahui latar belakang adanya kekhasan budaya itu sehingga masih diyakini sampai saat ini.
4.      Agar dapat mengimplementasikan BK terhadap kearifan lokal yang ada pada masyarakat.


BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genious). Kearifan lokal juga dapat dimaknai sebuah pemikiran tentang hidup. Pemikiran tersebut dilandasi nalar jernih, budi yang baik, dan memuat hal-hal positif. Kearifan lokal dapat diterjemahkan sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, bentuk perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia. Penguasaan atas kearifan lokal akan mengusung jiwa mereka semakin berbudi luhur.  
Kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang. Kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan pemiliknya.
Haryati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal adalah suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendir.
Menurut Rahyono (2009:7) kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Menurut Antariksa (2009), kearifan lokal merupakan unsur bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan sebuah bangsa.

B.     Ciri khas kearifan lokal di daerah Pagaralam
Ciri khas budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan sosial yang dimiliki oleh suatu daerah tersebut. Kelembagaan sosial merupakan ikatan sosial bersama di antara anggota masyarakat yang mengoordinasikan tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat. Lembaga sosial memiliki orientasi perilaku sosial ke dalam yang sangat kuat. Hal itu ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan anggota lembaga sosial tersebut. Dalam lembaga sosial, hubungan sosial di antara anggota masyarakat sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas yang tinggi terhadap pemimpin dan gengsi sosial yang dimiliki. Bentuk kelembagaan sosial tersebut dapat dijumpai dalam sistem gotong royong seperti di daerah Pagaralam. Gotong royong merupakan ikatan hubungan tolong menolong di antara masyarakat desa. Di daerah pedesaan, pola hubungan gotong royong dapat terwujud dalam banyak aspek kehidupan. Kerja bakti, bersih desa, dan panen bersama merupakan contoh dari aktivitas gotong royong yang sampai sekarang masih dapat ditemukan di daerah pedesaan. Di dalam masyarakat Pagaralam, kebiasaan gotong royong biasaya dilakukan akan ada acara pernikahan dan kematian. Selain itu karakter budaya lokal masyarakat Pagaralam dapat dilihat dari bahasanya dan caranya berbicara yang kuat, kemudian beberapa adat istiadat yang masih sangat kental di daerah ini seperti sering dikenal dengan Pantauan yaitu tradisi yang dipakai pada saat ada acara pernikahan, jadi masyarakat sekitar menyiapkan hidangan di rumah masing-masing dan kedua mempelai pengantin di ajak keliling makan kerumah penduduk sekitar, ini sudah menjadi tradisi di kota Pagaralam bahkan sampai saat ini. Selain itu ada juga makanan yang menjadi ciri khas daerah pagaralam yaitu Gunjing kemudian kopi dan teh yang juga menjadi citi khas. Kota pagaralam juga terkenal dengan pesona berbagai tempat wisatanya yaitu Gunung Dempo dan pesona air terjun yang ada di kota Pagaralam. Karena letak Geografis Kota Pagaralam yang dikelilingi oleh alam dan derasnya aliran air terjun sehingga membuat masyarakat Pagaralam  yang tinggal di sana memiliki suara yang keras karena pengaruh letak Geografis dan juga kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Berikut lebih spesifik mengenai beberapa hal yang  menjadi ciri khas kearifan lokal yang ada di Pagaralam:
a.       Bahasa
Salah satu yang menjadi ciri khas suatu daerah adalah bahasa, bahasa yang digunakan di daerah pagaralam yaitu bahasa suku Besemah, Besemah artinya Air yang ada Ikan Semah, bahasa Besemah adalah sebutan untuk bahasa khas Pagaralam. Orang Pagaralam asli biasanya mudah sekali dikenali dengan bahasa dan logatnya yang menjadi ciri khas, dan diakhir kata banyak menggunakan  “E” pada bahasa Pagaralam.

b.      Kesenian
Kesenian Pagaralam mulai dari Guritan yaitu sebuah cerita yang menceritakan tentang pejuang pada zaman dulu, Berejung yaitu nyanyian yang identik dengan kesedihan, Andai-andai yaitu kalau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan Dongen contoh judul Andai-andainya yaitu: Jambu mbak kulak (jambu sebesar cangkir) yang menceritakan tentang orang yang sayang dengan adiknya, Gong mak raje (sarang lebah) yang menceritakan tentang penipuan, Kancil nga gajah sebisanan (kancil dan gajah jadi besan) yang menceritakan tentang  orang yang mencelakakan orang lain. Tadut yaitu suatu bentuk nyanyian yang berbentuk nasihat dan biasanya tentang keagaman islam, yang kalau zaman sekarang sering dikenal dengan lagu-lagu religi. Kemudiann lagu khas Pagaralam berikut contoh judul lagunya: Dirut (kisah orang yang ibunya meninggal dan seorang ayah yang akan pergi  merantau), Anak umang (kisah seorang yang hidup sebatang kara). Kemudian Tarian yaitu tari kebagh yang merupakan tari sambut bila ada acara-acara besar.

c.       Adat istiadat
Pantauan merupakan adat istiadat yang digunakan untuk menjamu pengantin saat ada acara pernikahan. jadi masyarakat sekitar menyiapkan hidangan di rumah masing-masing dan kedua mempelai pengantin di ajak keliling makan kerumah penduduk sekitar, ini sudah menjadi tradisi di kota Pagaralam bahkan sampai saat ini.
Kemudian ada adat yang namanya persatuan, yaitu adat mengumpulkan beberapa bahan pangan bisa berupa beras dan lain-lain untuk membantu orang yang apabila salah satu dari keluarganya ada yang meninggal.
Selain itu ada yang namanya “Begarehan” yaitu sebagai bentuk untuk meramaikan acara pernikahan biasanya dilakukan sebelum resepsi pernikahan dilaksanakan. Biasanya anak muda laki-laki dan perempuan dari berbagai desa berkumpul di satu rumah yaitu rumah calon pengantin, dimana para anak muda tersebut saling berkenalan dan bertukar candaan agar lebih dekat.

d.      Keyakinan
Kemudian ada adat yang namanya “Bayar sangi di tebat besak”, ini sama dengan membayar nazar, orang-orang yang apabila bernazar dan ingin meminta sesuatu mereka meyakini bahwa apa yang mereka minta tersebut melalui perantara penunggu danau tersebut. Jika orang yang bernazar tersebut tidak membayar nazar disana dipercayai akan ada akibatnya karena penunggu danau tersebut akan marah jika tidak dipenuhi. Biasanya orang yang bernazar dan apabila terkabul akan memotong kambing atau hajatan kecil disekita danau.
Tebat gheban yang artinya “danau yang didekatnya ada kadang ayam” , ada 2 orang bersaudara yang satunya sakit kulit jadi diasingkan di danau, tak lama kemudian hilang dan dipanggil kemudian yang keluar seekor naga, naga itu mejawab aku adalah adikmu. Jadi orang-orang disekitar mempercyai bahwa yang menjadi penunggu danau itu adalah seekor naga. Jika orang memancing ikan, orang memanggil naga maka ia akan lebih mudah mendapatkan ikan.
Kemudian ciri khas yang berikutnya “Kuntau Salan” adalah sebuah seni beladiri yang ada di kota pagaralam yang didirikan oleh seorang yang bernama Salan, berasal dari desa suka raja, kecamatan Pajar bulan. Awalnya Salan mendapatkan ilmu beladiri ini dari Macan Kumbang yang ada di Puncak Gunung Dempo.
Selanjutnya adalah “Ulu Tulung” yaitu air yang keluar langsung dari dalam tanah dan tidak diketahua asal mulanya dari mana, orang yang tinggal didaerah pemukinan setempat mempercayai bahwa di tanah yang mengeluarkan air tersebut terdapat jin atau penunggu disekitar ulu tulung. Orang-orang mempercayai bahwa biasanya saat-saat jam tertentu seperti menjelang magrib penunggu “Ulu Tulung” itu sering menampakan wujudnya dengan wujud menyeramkan sepertia anak kecil, dan sosok oramg tua seperti kiyai. Penunggu itu akan menggangu apabila kita mengotori air yang keluar dalam tanah tersebut. Biasanya orang yang mengganggu ulu tulung akan sakit dan diganggu oleh penunggunya. 

e.       Makanan
-kembuhong
-kasam
-kelicok pisang, kelicok padi pulut, kelicok bekayu,
-serabi
-kemplang gadung
-na’am
-kecepol
-opak mie

f.       Wisata
-Gunung Dempo
-Cughup (Air Terjun)
-Situs-situs Megalitikum
-Wisata kebun teh
-Rumah adat yaitu “Rumah Panggung”

C.    Latar belakang yang menyebabkan masyarakat mempunyai keyakinan terhadap kearifan lokal yang ada di Pagaralam
Banyak sekali yang menjadi kekhasan dari kota Pagaralam mulai dari Bahasa, Wisata, Kesenian, Adat istiadat serta mitos-mitos yang di yakini oleh orang-orang yang tinggal di daerah Pagaralam dan lainya. Yang kemudian mempengaruhi aspek kognitif, afektif dan konasi orang daerah setempat. Dari sekian banyak ciri khas yang telah dijelaskan sebelumnya ada satu yang sangat khas dan membuat saya tertarik untuk membahasnya dan mengetahui latar belangkangnya dan apa yang menjadi penyebab sehingga bisa mempengaruhi keseharian orang daerah Pagaralam, yaitu keyakinan masyarakat akan Seni beladiri “Kuntau Salan”.
“Kuntau Salan “adalah suatu seni beladiri yang ada di kota Pagaralam yang didirikan oleh seorang yang bernama Salan, berasal dari Desa Suka Raja, Kecamatan Pajar Bulan. Awalnya Salan mendapatkan ilmu beladiri ini dari Macan Kumbang yang ada di Puncak Gunung Dempo. Ia bertapa selama 40 hari 40 malam setelah itu datang Macan Kumbang dan ia berguru dengan Macan Kumbang tersebut. tepat didekat tapak makam Macan Kumbang. Alasan Salan ingin belajar Kuntau karena ingin menunjukan jati diri laki-laki suku Besemah, sebab zaman dulu mereka  beranggapan jika seorang laki-laki tidak memiliki keahlian bela diri maka akan di remehkan orang dan orang berlaku semena-mena, oleh karena itulah Salan mempelajari seni beladiri itu. Setelah ia pulang dari bertapa di puncak gunung Dempo dan mendapatkan ilmu beladiri dari Macan Kumbang maka Salan mendirikan sebuah perguruan beladir yang diberi nama Perguruan Macan Kumbang. Belum lama perguruan itu berdiri sudah banyak orang-orang disekitar kampung tersebut ingin berguru dan masuk ke perguruan Macan Kumbang tersebut. sebelum orang yang ingin menjadi anggota perguruan beladiri Macan Kumbang, ada beberapa ritual yang harus dipenuhi diantaranya adalah memotong ayam hitam kemudian dibakar. Setelah itu semua murid perguruan Macan Kumbang dikumpulkan dan disuruh memakan ayam hitam yang telah dibakar dengan kondisi mata tertutup, untuk menentukan tingkat kecepatan dalam menguasai ilmu beladiri Macan Kumbang yang akan diberikan nantinya. Contohnya jika yang bersangkutan mendapat bagian kaki ayam maka dipercaya ia akan cepat menguasai ilmu bela diri itu, apabila yang mendapat bagian dada maka akan sulit menguasai atau tidak sama sekali menguasai ilmu beladiri. Mereka latihan setiap malam jum’at dan menggunakan seragam Hitam dengan ritual latihan setiap peserta diharuskan untuk membawa telur ayam hitam dan diletakan diatas tanah tidak jauh dari tempat mereka latihan. Apabila yang tidak membawa telur ayam hitam maka ia akan diganggu oleh Macan Kumbang bisa sampai kesurupan. Dengan alat latihan yaitu tombak kayu yang dalam bahasa Pagaralam dinamakan “Balau”, kemudian pisau kembar yang dalam bahasa Pagaralam disebut “Wali due”. Kekhasan dari seni bela diri macan kumbang ini adalah selalu menggunakan senjata dan kekuatan utamanya terletak pada senjatanya karena dipercaya didalam senjata yang mereka gunakan terdapat kekuatan gaib yang menambah kekuatan mereka sebagai alat menyerang dan mempertahankan diri dari serangan musuh. Pernah terjadi perselisihan atau kecemburuan sesama anggota sehingga menimbulkan dendam, dan yang menguaasai ilmu lebih suka bersifat angkuh terhadap sesama dan sampai terjadi perkelahian sesama meraka yang saling adu kekuatan sama-sama ingin menunjukan jati dirinya.
Hal itulah yang mempengaruhi apsek kognitif masyarakat Pagaralam mereka selalu berpikiran bahwa untuk menunjukan jati diri mereka harus dengan menguasai ilmu beladiri “Macan Kumbang” dan jika laki-laki tidak menguasai ilmu itu maka akan dianggap remeh sehingga pemikiran-pemikiran seperti itu masih terus tertanam hingga saat ini. Selain itu hal yang terus ada dalam pemikiran mereka bahwa senjata yang dinamakan “Balau” dan “Wali Due” itu bisa menambah kekuatan mereka karena mereka mempercayai bahwa ada kekuatan yang diberikan Macan Kumbang dibalik senjata itu. Mereka juga mempercayai bahwa diatas Puncak Gunung Dempo ada Macan Kumbang yang mereka sebut sebagai penunggu Gunung tersebut. sebagai contoh bahwa hal itu memepengaruhi kognitif dan afektif masyarakat setempat dulu saat SMA saya pernah meminta izin dengan orang tua saya untuk mendaki Puncak Dempo bersama teman-teman SMA saya, tetapi orang tua saya tidak mengizinkan karena menurut pemikiran mereka bahwa di atas Puncak Dempo itu ada penunggunya yaitu Macan Kumbang, nanti terjadi apa-apa. pemikiran-pemikiran yang sudah ditanamkan sejak dulu bahkan masih terus terngiang dibenak masyarakat sampai saat ini sehingga mereka terus mempunyai perasaan takut apabila anak mereka ingin pergi ke puncak Dempo karena sering terjadi sesuatu pada pendaki Puncak Dempo. Kemudian kembali lagi pada seni beladiri yaitu “Kuntau”, dulu apabila orang ingin merantau harus menguasai ilmu beladiri ini dulu sebagai kekuatannya dan menunjukan jati dirinya. Sampai sekarang jika anak-anak yang masih tinggal di Daerah Suka Raja atau yang masih benar-benar di desa yang ada dipagaralam masih mempercayai ini, anak mereka yang laki-laki harus ikut belajar “Kuntau” agar saat ia pergi meninggalkan kota Pagaralam ia tidak akan diremehkan dengan orang lain karena ia memiliki ilmu beladiri yaitu “Kuntau” dan dua senjata yaitu “Wali Due”. Jadi mereka merasa bahwa mereka mempunyai kekuatan dan orang lain tidak akan berani terhadapnya. Hal itulah yang terus menerus mempengaruhi aspek kognif, afektif dan Konasi pada masyarakat Pagaralam.

D.    Implementasi BK terhadap kearifan lokal yang ada pada masyarakat serta pendekatan dan model Konseling Lintas Budaya yang digunakan
Pada penjelasan sebelumnya sudah diketahui apa saja kearifan lokal yang ada di Pagaralam dan apa saja yang melatarbelakangi hal tersebut sehingga masyarakat meyakini dan hal itu juga mempengaruhi aspek kognifif, afektif dan juga konasi dalam keseharian masyarakat Pagaralam. Jadi sekarang bagaimana implementasi atau keterlibatannya dalam BK. Seandainya menemukan konseli yang memiliki budaya seperti yang sudah dijelaskan di atas, dan konseli tersebut mempertahankan budayanya dengan kokoh bahwa untuk menunjukan jati diri itu harus menguasai ilmu beladiri yaitu “Kuntau Salan” berdasarkan budaya Pagaralam. Maka yang harus kita lakukan sebagai konselor adalah dengan menggunakan Model Konseling Lintas budayaa yaitu “Model Integratif (Integrative Model)”
Berdasarkan uji coba model terhadap orang kulit hitan Amerika, Jones (Palmer and Laungani, 2008) merumuskan empat kelas variabel sebagai suatu panduan konseptual dalam konseling model integratif, yakni sebagai berikut :
a.      Reaksi terhadap tekanan-tekanan rasial (reactions to racial oppression).
b.     Pengaruh budaya mayoritas (influence of the majority culture).
c.      Pengaruh budaya tradisional (influence of traditional culture).
d.  Pengalaman dan anugrah individu dan keluarga (individual and family experiences and endowments).
Menurut Jones (Palmer and Laungani, 2008), pada kenyataannya sungguh sulit untuk memisahkan pengaruh semua kelas variabel tersebut. Menurutnya, yang menjadi kunci keberhasilan konseling adalah asesmen yang tepat terhadap pengalaman-pengalaman budaya tradisional sebagai suatu sumber perkembangan pribadi. Budaya tradisional yang dimaksud adalah segala pengalaman yang memfasilitasi individu berkembangan baik secara disadari ataupun tidak. Yang tidak disadari termasuk apa yang diungkapkan Jung (1972) dengan istilah colective uncosious (ketidaksadaran koletif), yakni nilai-nilai budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu kekuatan model konseling ini terletak pada kemampuan mengases nilai-nilai budaya tradisional yang dimiliki individu dari berbagai varibel di atas. Jadi pada model konseling lintas budaya “Model Integratif” ini bagaimana seorang konselor melakukan asesmen yang tepat terhadap pengalaman-pengalaman budaya tradisional konseli yang diturunkan dari generasi ke generasi dan bagaimana kebudayaan itu memfasilitasi konseli untuk berkembang baik secara disadari ataupun tidak disadari. Jadi setelah konselor melakukan asesmen dan mengetahui latar belakang budaya konseli dan apa saja yang ada dibalik itu sehingga konseli meyakini budaya yang dimilikinya itu dan konselor mampu memahami budaya konseli dengan baik. Setelah itu baru konseli bisa memberi pemahaman terhadap budaya yang dimiliki oleh konseli. Konseli yang tadi menyakini bahwa ilmu beladiri “Kuntau Salan” adalah sebagai bentuk untuk menunjukan jati diri mereka. Disini konselor bisa melakukan pendekatan dan bertanya terlebih dahulu kepada konseli, apakah menunjukan jati diri harus dengan ilmu beladiri? Kenapa tidak dengan prestasi dan dengan memahami potensi yang ada dalam diri bukankah itu juga salah satu cara untuk menemukan dan menunjukan jati diri kita yang sebenarnya? Jadi disini konselor tidak membuat konseli merubah budayanya akan tetapi bagaimana konselor mengajak konseli untuk berpikir rasional dari setiap kebudayaan yang ia miliki.
Kemudian selain dengan model konseling lintas budaya “Model Integratif” pendekatan yang digunakan pada Konseling lintas budaya ini adalah “Pendekatan inklusif atau  transcultural”, Mereka menggunakan istilah trans sebagai lawan dari inter atau cross cultural counseling untuk menekankan bahwa keterlibatan dalam konseling merupakan proses yang aktif dan resiprokal  (Palmer and Laugngani, 2008 : 156). Namun, Fukuyama (1990) yang berpandangan universal pun menegaskan, bahwa pendekatan inklusif disebut pula konseling “transcultural” yang menggunakan pendekatan emik; dikarenakan titik anjak batang tubuh literaturnya menjelaskan karakteristik-karakteristik, nilai-nilai, dan teknik-teknik untuk bekerja dengan populasi spesifik yang memiliki perbedaan budaya dominan.
Pendekatan konseling trancultural mencakup komponen berikut.
a)      Sensitivitas konselor terhadap variasi-variasi dan bias budaya dari pendekatan konseling yang digunakannya.
b)      Pemahaman konselor tentang pengetahuan budaya konselinya.
c)      Kemampuan dan komitmen konselor untuk mengembangkan pendekatan konseling yang merefleksikan kebutuhan budaya konseli.
d)     Kemampuan konselor untuk menghadapi peningkatan kompleksitas lintas budaya.
Jadi pada pendekatan konseling transtruktural ini konselor dan konseli harus memahami nilai-nilai budaya yang ada dalam dirinya, konselor harus merefleksikan kebutuhan budaya konseli, seperti budaya konseli yang menunjukan jati diri dengan Ilmu beladiri tadi, jadi disini konselor melihat apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh konselinya sehingga konselor bisa merefleksikan budaya konselinya. Jadi dengan model konseling lintas budaya “Model Integratif” dan “Pendekatan Konseling Transtruktural” maka konseling lintas budaya sesuai dengan budaya yang dimiliki oleh konseli ini akan mampu dipahami dengan baik.

Kuntau.jpg
Gambar 1.1 “Seni Beladiri Kuntau Salan”







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lukisan sang Introvert

Lukisan sang Introvert Oleh: Nocke T. Wahyuni Langit terlihat biru seperti biasanya dan awan putih menabuh rindu, tiba-tiba sorot mataku terfokus pada dua orang yang sedang berada di sebuah taman hijau itu. Kulihat seorang introvert yang tengah fokus menikmati alunan musik dan hembusan angin di kala itu, sementara ada salah seorang lagi yang membuat sorot mataku kembali fokus, ku perhatikan ada sosok gadis kecil yang juga ada disana, ia tampak asik berlarian dan mengejar kupu-kupu disekitar taman itu. Aku yang melihat itu mulai beranalogi dan mencoba memahami dua orang tersebut yang membuat sorot mata ku memperhatikan mereka. Ku fikir mereka mempunyai karakter yang berbeda, iya mereka adalah Seorang introvert dan ekstrovert. Sebenarnya Introvert adalah salah satu kepribadian yang dimiliki manusia dari dua yang ada yaitu Ekstrovert lawanya. Orang introvert cenderung  dikonotasikan sebagai orang yang pendiam, tenang, misterius cool katanya sih karena yang ini belum dapat dib...

cara mengubah perspektif orang awam tentang BK

Mengubah Perspektif Mereka Tentang BK Oleh: Nocke T. Wahyuni Melihat perspektif orang-orang mengenai Bimbingan dan Konseling, saya jadi tertarik untuk menulisnya dalam sebuah artikel ini karena menurut saya tidak mudah untuk mengubah cara pandang yang sudah ada. Karena dulu saya sempat berpikir akan hal yang sama dengan mereka. Yups tepat pada bulan Agustus 2015 saya memulai langkah saya di salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Sumatera Selatan. Saya mengambil Program Studi Bimbingan dan Konseling. Yah mungkin saat masih awal menjadi Mahasiswi bisa dikatan saya Mahasiswi yang nyasar di Program Studi ini. Loh kenapa demikian? Yups karena awalnya saya tidak  tertarik untuk mangambil Program Studi BK. Entah kenapa saya bisa berada pada jurusan ini? Mungkin karena Allah memilih saya untuk berada disini. Karena saya yakin dengan kalimat “ Bahwa yang terbaik menurutmu belum tentu terbaik menurut Allah dan saya yakin bahw...